Saya suka begini deh, ngebanding-bandingin sama orang lain kalo udah berkaitan sama sesuatu hal yang emang lagi happening di kalangan magang-ers sekalian. *mentang-mentang lagi happening magang ceritanya :D*. Sesama bernasib sebagai magang-ers, pasti punya different story yang satu sama lain ya pasti different. Ya iyalah, magang di satu tempat yang sama aja belum tentu cerita atau pengalamannya sama karena mungkin akan diminta untuk mengerjakan hal yang berbeda, begitupun dengan tugas yang sama sekalipun pasti insight-nya ada yang berbeda. Sekali lagi, semuanya kan tergantung pemaknaan masing-masing. Ya to, ya to??
Iri magang #1
Berhubung saya magang di tempat yang dekat dari kampus *lha wong masih di lingkungan kampus-kampus juga*, jadilah saya bahkan tidak merasakan yang namanya berdesak-desakan kereta, nungguin bis di pagi hari sampai ngejar mungkin kadang-kadang, atau paling ga ikut sama arus pagi para pegawai kantoran yang lain. Saya ga punya pengalaman gimana rasanya perjuangan berangkat magang pagi-pagi, mandi pagi-pagi buta, keluar kosan pagi-pagi (mungkin dengan mata masih ngantuk karena sisa-sisa kelelahan hari kemarin), setel alarm weker pagi2 (eh, kalo yang ini dialamin sih, kalau ikutan bangunin si Ay takut dia malah ga bangun pagi). Yah, pokoknya segala hiruk-pikuk di pagi hari yang mengawali perjuangan magang hari itu. Begitupun juga hiruk pikuk pulang kerja, tapi alhamdulillah saya jadi ga secapek teman-teman lain yang tempat magangnya jauh. NB: di tempat magang yang dekat aja saya sering merasa sudah tidak bertenaga saat sampai kosan, apalagi mereka yang jauh ya?
Iri magang #2
Berhubung tempat magang saya lagi dapet proyek Anjab, saya jadi dapat diminta analisis jabatan juga, tapi berhubung ga memungkinkan untuk terjun langsung ketemu orang yang bersangkutan dan ngobrol-ngobrol jadilah studi dokumen satu-satunya sumber yang memungkinkan. Tiap hari berhadapan sama berkas, laptop yang bikin mata jereng. Kerja kantoran emang kayak gini kali yaa??? Cuma ya sayang banget, rasanya pengalaman magang saya jadi kurang gitu :(
Iri magang #3
Masih berkaitan sama iri magang #2, saat mendengar share di grup angkatan atau cerita teman-teman saya tentang (mungkin) betapa absurdnya tempat magang mereka, kekinya mereka saat ditanya hal yang *sialnya* memang belum diajarkan di kampus kami (biasanya justru baru diajarkan waktu jenjang S2), besar dan kerennya tempat magang mereka, sampai kesempatan mereka buat mempraktekkan langsung ilmu yang mereka dapet selama kuliah. I take some for example, hmm misalnya conduct alat ukur, administrasi test, menganalisis performance appraisal, presentasi suatu project yang dimandatkan oleh supervisor, ikut nge-field penelitian, dan masih banyak lagi yang beberapa bahkan gambaran nyata kejamnya dunia kerja.
Overall, bagaimanapun saya pribadi masih merasa berada di zona nyaman saya di sini. Melihat teman-teman saya yang lain, saya menjadi takut tertinggal dari mereka karena mereka telah lebih dulu menghadapi banyak tantangan dalam magang mereka. Saya jadi mikir, gimana caranya buat saya mengejar ketertinggalan saya itu. Gimana cara saya buat bisa improve kemampuan yang saya punya. Walaupun memang, balik lagi. Saya harus tetap bersyukur dengan apa yang sudah saya peroleh sekarang, dengan segala kemudahan yang telah Allah limpahkan kepada saya, hingga detik ini.
Bagaimanapun ini juga keputusan saya, jalan yang sudah saya tentukan sendiri untuk saya ambil. Mungkin kemampuan saya hingga saat ini baru bisa mencapai level ini dan (mungkin) menahan stres hingga level yang ini, mungkin ini memang yang terbaik untuk saya saat ini. Allah pasti punya rencana untuk saya, Allah pasti punya jalan cerita untuk saya kelak dengan memberikan saya jalan untuk ditempuh sekarang ini. Allah paling tahu batas kemampuan hambaNya dan saya patut bersyukur atas segala kenikmatan ini.
Manusia memang makhluk yang tidak pernah berpuas diri, don't they?
But, i do believe that everybody has their own way. story. fate. destiny. Gratitude, follow and let it be :)
Iri magang #1
Berhubung saya magang di tempat yang dekat dari kampus *lha wong masih di lingkungan kampus-kampus juga*, jadilah saya bahkan tidak merasakan yang namanya berdesak-desakan kereta, nungguin bis di pagi hari sampai ngejar mungkin kadang-kadang, atau paling ga ikut sama arus pagi para pegawai kantoran yang lain. Saya ga punya pengalaman gimana rasanya perjuangan berangkat magang pagi-pagi, mandi pagi-pagi buta, keluar kosan pagi-pagi (mungkin dengan mata masih ngantuk karena sisa-sisa kelelahan hari kemarin), setel alarm weker pagi2 (eh, kalo yang ini dialamin sih, kalau ikutan bangunin si Ay takut dia malah ga bangun pagi). Yah, pokoknya segala hiruk-pikuk di pagi hari yang mengawali perjuangan magang hari itu. Begitupun juga hiruk pikuk pulang kerja, tapi alhamdulillah saya jadi ga secapek teman-teman lain yang tempat magangnya jauh. NB: di tempat magang yang dekat aja saya sering merasa sudah tidak bertenaga saat sampai kosan, apalagi mereka yang jauh ya?
Iri magang #2
Berhubung tempat magang saya lagi dapet proyek Anjab, saya jadi dapat diminta analisis jabatan juga, tapi berhubung ga memungkinkan untuk terjun langsung ketemu orang yang bersangkutan dan ngobrol-ngobrol jadilah studi dokumen satu-satunya sumber yang memungkinkan. Tiap hari berhadapan sama berkas, laptop yang bikin mata jereng. Kerja kantoran emang kayak gini kali yaa??? Cuma ya sayang banget, rasanya pengalaman magang saya jadi kurang gitu :(
Iri magang #3
Masih berkaitan sama iri magang #2, saat mendengar share di grup angkatan atau cerita teman-teman saya tentang (mungkin) betapa absurdnya tempat magang mereka, kekinya mereka saat ditanya hal yang *sialnya* memang belum diajarkan di kampus kami (biasanya justru baru diajarkan waktu jenjang S2), besar dan kerennya tempat magang mereka, sampai kesempatan mereka buat mempraktekkan langsung ilmu yang mereka dapet selama kuliah. I take some for example, hmm misalnya conduct alat ukur, administrasi test, menganalisis performance appraisal, presentasi suatu project yang dimandatkan oleh supervisor, ikut nge-field penelitian, dan masih banyak lagi yang beberapa bahkan gambaran nyata kejamnya dunia kerja.
Overall, bagaimanapun saya pribadi masih merasa berada di zona nyaman saya di sini. Melihat teman-teman saya yang lain, saya menjadi takut tertinggal dari mereka karena mereka telah lebih dulu menghadapi banyak tantangan dalam magang mereka. Saya jadi mikir, gimana caranya buat saya mengejar ketertinggalan saya itu. Gimana cara saya buat bisa improve kemampuan yang saya punya. Walaupun memang, balik lagi. Saya harus tetap bersyukur dengan apa yang sudah saya peroleh sekarang, dengan segala kemudahan yang telah Allah limpahkan kepada saya, hingga detik ini.
Bagaimanapun ini juga keputusan saya, jalan yang sudah saya tentukan sendiri untuk saya ambil. Mungkin kemampuan saya hingga saat ini baru bisa mencapai level ini dan (mungkin) menahan stres hingga level yang ini, mungkin ini memang yang terbaik untuk saya saat ini. Allah pasti punya rencana untuk saya, Allah pasti punya jalan cerita untuk saya kelak dengan memberikan saya jalan untuk ditempuh sekarang ini. Allah paling tahu batas kemampuan hambaNya dan saya patut bersyukur atas segala kenikmatan ini.
Manusia memang makhluk yang tidak pernah berpuas diri, don't they?
But, i do believe that everybody has their own way. story. fate. destiny. Gratitude, follow and let it be :)
0 komentar:
Posting Komentar