every pieces has it own story

Selasa, 31 Juli 2012

New layout edition of my lovely tumblr

     Sudah sekian lama sejak saya terakhir kali mengutak-atik tampilan tumblr saya. Sejak diubah menjadi tampilan nan cute dan girly dengan dominasi warna  pink pastel (agaknya) semester atau malah tahun lalu saya memang bisa dikatakan malas untuk mengubah tampilannya lagi. Semacam pewe saya rasa dengan tampilan tumblr saya itu yang "saya banget". Tapi, tadi mendadak saya merasa bosan saja gitu dengan tampilan saya yang itu. Kurang srek karena foto yang tidak bisa tertampil lah, atau huruf yang terlalu kecil lah, dan alasan lain yang menurut saya sedikit-banyak membuat kreasi saya di dunia per-tumblr-an terhambat. 
       Akhirnya, dengan sedikit bermodal nekad dan coba-coba (berhubung udah lama ga utak-atik) maka dimulailah misi saya untuk mempercantik tampilan tumblr saya. Pilih pilih pilih, coba beberapa kali sampai akhirnya ada satu template yang nyantol di hati saya. Ini tampilan ganti percobaan pertama : 


Sampai situ, komposisi warna sih tampaknya oke. Tapi masih aja rasanya ada yang mengganjal, kayak display atau tata letaknya yang kurang cewek dan terkesan kaku. Akhirnya, mulailah lagi menjelajah buat the next big tumblr layout. Dan akhirnya...the second layout of the day was born :


Tema yang ini cukup memuaskan saya sebenarnya dan hampir langsung saya bungkus buat tumblr saya. Tapi sembari iseng ternyata ada pengaturan lain yang bisa dilakukan dan membuat layout ini jadi "kita banget". Yang saya buat ini tentunya "saya banget", hehehe. Mulailah saya ngeklik sana sini dan voila!
This is the latest version of trial and error changing the layout : 


And yes, the last one has been decided to be new layout for my tumblr :)
Suka deh sama layout yang baru ini karena walaupun secara corak warna setelah dilihat-lihat ga terlalu jauh beda sama yang dulu (red: pink pastel) tapi secara tatanan dan juga hal yang lain it is create-able. It makes me wanna write more and more, over and over again in this and that stuff. Beside, in this blogspot for sure. I'll make it back to how it used to be, when i'm on the mood of writing. So, better anticipated my next move :)

PS: Monggo tengok juga tumblr saya di cheezlalala.tumblr.com 
Postingan di keduanya kadang sama walau lebih sering beda karena penekanan antarkedua blog juga beda. Tapi seperti yang saya bilang di postingan sebelum-sebelumnya, I do love both of them.
Yang pengen tahu isinya, boleh banget mampir. Biar dapat bonus sekalian lihat layout yang baru secara langsung juga.



xoxo with love,

It maybe hard,but it must be love

Yep,it maybe hard. But i do believe that it must be love. Do you believe it too? Deary you...yes you :)

Alumni BEM Gathering 2012

Berhubung saya sedang dilanda kantuk yang tak tertahankan,maka posting kali ini saya cicil foto-foto dulu ya. Next time,ketika cuaca dan situasi sdg bersahabat saya kasih yang plus-plusnya.hoho
So,here it is the sneak peek for now!
























Senin, 30 Juli 2012

Other best candidate vs komitmen


Hasil perbincangan dengan seorang kawan mengenai status dalam hubungan sebenarnya sedikit-banyak menggelitik saya. Sebagai pembuka obrolan kami merupakan obrolan terdahulunya dengan seorang teman yang mencapai suatu konklusi bahwa merupakan hal yang wajar jika kita menginginkan orang yang terbaik untuk menjadi pasangan kita. Untuk yang satu ini jelas saya setuju. Kemudian dia melanjutkan ceritanya bahwa karena itulah maka ia dan pacarnya saat ini pun bersepakat bahwa selama menjalani hubungan mereka pun tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing dari keduanya masih mungkin menemukan seseorang yang terbaik bagi mereka meskipun orang itu adalah orang lain. Di sini, yang saya tangkap adalah meskipun status mereka berpacaran tetapi mereka berdua masih membuka opsi-opsi mereka terhadap orang-orang lain dalam periode mereka berpacaran.  Saya pikir, selama tidak diartikan ngelaba atau melakukan pendekatan dengan orang lain sih it’s okay kali ya. Tapi, semudah itukah hal ini dijalankan?  
Bagi saya pribadi, tidak salah jika kita memperluas pergaulan, melebarkan sayap dengan mengenal lebih banyak orang, toh pacaran itu juga seharusnya bukan merupakan suatu hal yang mengekang kita. Ya itu tadi, tidak masalah bagi kita untuk mengenal sebanyak mungkin orang dan tahu lebih banyak tentang mereka. Hanya saja yang kurang saya setujui dari pernyataan itu adalah adanya kesan bahwa terbukanya peluang itu seolah tidak mengindahkan status hubungan keduanya itu, karena bagi saya pribadi status pacaran itu sendiri merupakan bentuk komitmen orang yang menjalaninya. Saat sudah berkomitmen maka fokus kita adalah pasangan kita saat itu (correct me if i’m wrong). Mungkin pasangan kita tidak sebaik yang terlihat pada awalnya, mungkin tidak sesabar, ataupun mungkin tidak sesuai harapan-harapan kita yang lain tapi selama masih ada komitmen yang kita pegang maka kita pun masih dapat menoleransi segala gap dari yang ideal dan kenyataan. Baru setelah batas toleransi itu habis dan memang kedua pihak merasa tidak dapat lagi menjalani komitmen awal (berpacaran) maka keduanya dapat menyudahi “perjanjian” itu dan menempuh jalan masing-masing untuk menemukan pasangan yang lain. Hingga saat pemutusan itu ada, maka menurut saya hal yang terbaik untuk dilakukan oleh kita (diri sendiri dan pasangan) adalah memperbaiki, memantaskan, meningkatkan kualitas diri masing-masing sehingga menjadi seorang pribadi yang lebih baik bukan hanya untuk pasangan kita tetapi terlebih untuk diri kita sendiri.
Saat perubahan itu selalu mengikuti kita, maka bukan suatu hal yang tidak mungkin jika suatu hari nanti keduanya menjadi orang yang terbaik bagi satu sama lain. Namun, jika pada akhirnya keadaan berkata lain meskipun keduanya telah berusaha memantaskan diri untuk satu sama lain ... maybe we should take it as destiny or fate. Bahwa mungkin memang keduanya tidak berjodoh satu sama lain. That they’re not meant for each other. Yah, at least kita telah sampai pada tahap mengusahakan hanya saja memang bukan jalan keduanya untuk bersama. *ceileh apa deh ini, hehehe...* Yah, that’s just my opinion about it.

Menapak pada hubungan yang lebih serius lagi yaitu pernikahan, keberadaan komitmen semakin dibutuhkan dan mencapai pada tahapan hal yang krusial. Sehubungan dengan komitmen itu tadi, berikut merupakan satu cuplikan yang saya suka dari sebuah novel :
“Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dulu, atau mendadak miskin. Will you still love them, then? That’s why you need commitment. Don’t love someone because of what/how/who they are. From now on, start loving someone, because you want to. “
-Test Pack, Ninit Yunita –

That, commitment will make you love someone unconditionally.
So, mengutip kata-kata Tata (tokoh utama wanita dalam novel karangan Ninit itu) :
“That’s how far a commitment will take you” 
gambar diambil dari sini


So, let’s stay strong. We can make it, though. 


Depok, 22 Juli 2012
xoxo with love, 

Minggu, 29 Juli 2012

Akhirnya sarjana :D

     Saya masih ingat rasanya bulan April 4 tahun yang lalu ketika saya masih antara percaya-tidak percaya dengan berita diterimanya saya di Psikologi UI melalui jalur PPKB. Begitupun saat kira-kira sebulan kemudian saya mulai disibukkan dengan perkara daftar ulang (lamanya menunggu di balairung hingga pengurusan asrama yang dioper sana-sini) hingga dimulainya matrikulasi di bulan Juni-Juli. Saya masih ingat gimana rasanya kangen rumahnya saat itu, belum betahnya saya dengan lingkungan yang baru, dan juga proses mengenal teman-teman yang baru. Rasanya baru saja kemarin, menjalani masa orientasi kampus maupun Kamaba Fakultas. Membayangkan tahun-tahun ke depan yang akan dijalani sebagai mahasiswa di kampus ini, masih bertanya-tanya seperti apa jadinya saya ketika belajar jauh dari rumah. Ya...rasanya baru kemarin.
        Rasanya baru kemarin saya mulai belajar mengenal 'tradisi' di Psikologi UI, mulai sedikit demi sedikit mengenal senior dan teman-teman satu angkatan. Mulai bergerak keluar dari zona nyaman saya yang paling awal : diri saya sendiri. Yap, diri saya sendiri yang tidak pernah terlalu suka berada di keramaian, menjadi pusat perhatian, berbicara di depan umum, bahkan ikut organisasi ataupun kepanitiaan saat SMA. Perlahan-lahan saya belajar dan mulai menikmati dinamika di kampus saya itu dan keberadaan saya di dalamnya. Tak terasa, semester demi semester pun terlewati. Mulai dari semester 1 yang masih hanya terdiri dari 17 sks, semester 2 dimana saya mulai mengenal AAJ dan terlibat dalam organisasi untuk pertama kalinya (saat itu saya jadi staf PSDM AAJ), semester 3 masih dengan AAJ dan belajar bareng di asrama juga mulai ikut kepanitiaan-kepanitiaan lainnya, semester 4 dan semester 5 dengan keterlibatan saya di BEM untuk pertama kalinya (staf Pendidikan dan Keilmuan juga masih dengan kepanitian yang lain) serta PJ PSDM AAJ, semester 6 masih dengan BEM (Kadept Pendidikan dan Keilmuan yang penuh liku-liku sebelum dan sesudahnya) dan mata kuliah yang dianggap paling super di Psikologi : KAUP (Konstruksi Alat Ukur Psikologi beserta komprenya), serta semester 7 dengan kegalauan skripsi dan mata kuliah yang tidak kalah ciamik seperti kualitatif dan pelatihan II (lagi-lagi dengan kompre). Dan last but not least semester 8 yang memang sedianya saya dedikasikan 100% untuk pengerjaan skripsi yang telah dicicil sejak semester 7. 
     Kalau dipikir-pikir, sebenarnya cukup panjang ya perjalanan yang saya tempuh hingga sampai pada titik semester 8 itu sendiri. Apalagi pada titik saya yang sekarang. Apa yang saya dapat di Psikologi lebih dari sekadar pengalaman akademik, melainkan juga interpersonal dan keorganisasian. Kalau ditanya, bukan hanya satu atau dua momen yang berkesan yang telah saya lewati di Psikologi. Lengkap dengan suka maupun duka, mulai dari pengisian IRS-rebutan kelas, batal janjian, merasa ditinggalkan, senang dapat kelompok dengan teman-teman yang memang sudah janjian,dll. Itu baru satu perkara SIAK-IRS. Yang lain: BEM, AAJ, pertemanan, percintaan, pengembangan diri...semuanya ada dengan porsinya masing-masing. Sampai titik ini saya bersyukur bahwa sistem di psikologi UI telah mempersiapkan kami sedemikian rupa. 
     Semester 8, semester penuh perjuangan untuk Mr. Skripsi. Hingga pada bulan Mei, alhamdulillah perjalanan itu akhirnya dapat selesai. Skripsi saya mulai mendekati bentuk akhir dan saya pun dapat bersiap sidang. Kalau ditanya gimana perjalanan saya menuju sidang sarjana, secara singkat : 

bersama teman-teman 2008 yang lain setelah selesai pengumpulan berkas kelengkapan sidang

Me with Cempaka : lovely skripsi partner. 
Kiri: after thesis defense, Kanan : setelah penyerahan berkas kelengkapan sidang

Akhirnya S.Psi :)
Selesai sidang Skripsi @29 Mei 2012

Atas : selesai sidang Cemp @29 Mei 2012 siang
Bawah : selesai sidang with Putu & Galih 2010 :)

That was it, my journey until now. Sekarang sih saya sendiri sedang menunggu waktu wisuda dan bahkan tanggal yudisium yang tidak kunjung ada kabarnya. Yang jelas, meskipun satu langkah awal ini sudah accomplished masih ada langkah-langkah selanjutnya yang harus dilalui, bigger than this. And I better be ready for that.


xoxo with love,
      

Pages

Paling sering dibaca