every pieces has it own story

Sabtu, 19 November 2011

the question is



pernah kepikiran ga sih,
satu pihak yang oversensitif atau justru malah pihak lain yang super duper cuek?




-end of discussion-

Senin, 07 November 2011

the weirdest question is

Pernahkah kamu mengalami ujian yang pilihan soalnya nyaris atau bahkan hampir sama untuk setiap pilihan jawabannya? Hanya merubah kata awalnya saja, bahkan. Saya pernah, baru saja saya alami pas UTS di semester 7 ini malah. Entahlah itu menjadikannya sebagai soal ber-distractor power paling bagus atau malah sebaliknya. Saya hanya bisa menebaknya hingga kini.
Soal yang ajaib itu muncul pada salah satu mata kuliah yang lucunya sekarang bikin mulut saya tertarik ke atas setiap kali dengar nama mata kuliah itu disebut karena beberapa peristiwa aneh bin ajaib yang menyertainya.
Begini bunyi soalnya, kurang lebih kalo tidak salah : "Interview dalam konseling merupakan hal yang...."
Dengan pilihan jawaban (a) terkadang perlu , (b) barangkali perlu, (c) mungkin perlu, (d) mutlak perlu.

Nah loh nah loh, apa reaksi kamu kalo dihadapkan pada soal dan pilihan jawaban yang seperti itu? Bingung? Reaksi saya adalah senyum nyengir pas pertama kali baca, tapi kemudian kembali membacanya lagi. Ini soal punya kans untuk menjebak orang-orang banget sih, tapi kok jadi lucu yaaa :D

Kalo soal di atas ajaib karena permainan bongkar pasang kata awal pada pilihan jawaban, lain lagi pada soal pilihan ganda lain di mata kuliah yang lain. Yang satu ini bener-bener nguji kognitif dan membuat kami harus memutar otak dan bermain dengan kognitif kami dalam waktu yang lumayan lama untuk menyelesaikannya. Namun, kalo ditanya sampai sekarang pun, saya nggak yakin apa jawaban yang saya berikan benar adanya karena setelah diartikan menurut saya pun pilihan jawabannya bisa lebih dari satu. Nah loh??
Begini nih soal yang bikin mumet kognitif anak-anak mahasiswa semester 7 (less or more) :
"Berikut ini bukan merupakan alasan untuk tidak menghentikan konseling adalah...."

Hwoooh...kebayang ga sih, bingungnya muka anak-anak pas ngadepin soal yang satu ini.Bahkan saya menyerah untuk membacanya lagi pada saat saya melakukan koreksi untuk yang ketiga kalinya karena takut iman saya akan tergoda untuk mengganti jawaban semula ke jawaban yang juga belum tentu keabsahan benarnya.
Ini cerita absurd soal ujian saya, gimana kamu? :)

Sabtu, 05 November 2011

Ketika perjalanan itu disudahkan

Saat hidup menjadi persinggahan sementara, itu yang saya pikirkan ketika saya merenungkan berita yang saya dengar pagi tadi.
Tanpa dinyana, berita duka itu bergulir lewat pesan singkat dari handphone ke handphone. Kabar pertama yang saya dengar dari Hesti, saat mata saya masih sayu. Mengantuk. Setengah tidak percaya, saya ulangi lagi. Masih juga saya tepekur, saya resapi. Namanya memang nama teman satu angkatan saya, domisilinya pun sesuai kabar terakhir yang saya dengar. Masih tak percaya, tapi tetap saya forward sms itu. Berharap akan ada kabar yang mengonfirmasi ulang sms itu begitu saya kirim ke orang yang lain. Tak lama kemudian, mulai berdatangan kabar yang sama walau dalam redaksi kata yang tak persis sama.
Dan tak lama, status-status pun silih berganti menyatakan ungkapan turut berduka. Tak cuma di status, grup angkatan bahkan grup Muda Ganesha, Alumni SMA 1 berkomunikasi. Sampai saat itu saya masih bingung, linglung. Hingga belum juga bereaksi pada segala macam ucapan-ucapan ini, hanya sekali-dua kali meng-klik like pada status-status senada yang saya temui.

Ya Allah, nyatakah berita ini? Ya Allah, begitu cepat kau panggil hamba-Mu yang bahkan masih semuda itu, umurnya pun masih tak jauh berbeda dengan saya. Secepat itukah, ya Allah? Secepat itu mungkin batas kami menggoreskan jejak, kenangan, dan pencapaian di dunia ini. Secepat itu kau sudahkan perjalanannya. Semuda itu, bahkan ia belum sampai pada persinggahan cita-citanya, (tinggal) kurang dari satu tahun lagi seharusnya. Bahkan ia belum sempat mengecap kehidupan selepas perkuliahan, mengejar mimpi-mimpi, dan juga harapan yang belum tercapai. Ya Allah, secepat itu?
Bulan Ramadhan yang lalu padahal kami masih berjumpa, walau (mungkin) tak sempat terlalu bertegur sapa. Tapi masih ada teman saya itu di antara ratusan senyum anak-anak yang lain. Yang dengan sumringah bahkan foto angkatan, yang dengan sumringah foto per kelas masing-masing, yang tidak menyangka (ternyata) untuk terakhir kalinya dengan dirinya.
Kalau ditanya, apa saya se-shock itu? Mungkin iya, atau mungkin juga tidak? Jika dilihat dari kedekatan, memang saya tidak dapat dikatakan sangat dekat. Namun, tidak juga bisa dikatakan tidak dekat. Saya kenal dari SMP hingga berlanjut SMA, walau tidak dekat.
Dia sosok yang baik, berbakat, kalo kata saya dulu pas awal tahu dia yang pertama saya ingat kalo lihat dia pas SMP adalah "Ini nih orang yang jago banget gambar.Juara Porseni semasa SD."
Saat SMA pun, dia sempat beberapa kali mengalami kecelakaan. Mulai dari tangan yang cedera, kaki, hingga sempat di-gips. Mengutip ucapan teman saya, saat itu ia dibilang punya 9 nyawa seperti kucing. Saking tahan banting-nya dia. Yang walaupun habis kecelakaan dan kena perban atau gips masih aja bisa senyam-senyum. Cengengesan. Ternyata, kini itu semua tinggal kenangan, sosok itu telah tiada.
Ini pertama kalinya bagi saya, mengalami kehilangan teman seangkatan. Yang bagi saya membuat tersadar. Hidup kita begitu singkat, tidak ada yang tahu kecuali Sang Penguasa Takdir akan batas umur kita untuk akhirnya jadi
expired. Kita tidak tahu akankah esok kita masih mendapat kesempatan untuk menghirup nafas kehidupan, mengukir jejak langkah, menorehkan prestasi, berguna bagi sesama. Entah, apakah esok masih ada. Atau setahun dua tahun, berapa lagi sisa waktu kita? Sudah cukupkah tabungan amal kebaikan kita? Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadap-Nya?
Sekali lagi saya terpekur, sangat jauh saya dari bayangan itu pada awalnya. Hingga kini dan rasa syukur itu menyusup di tengah perasaan duka ini. Rasa syukur karena hingga kini saya masih mendapat kesempatan untuk hidup, masih diberi umur untuk diisi dengan hal-hal bermanfaat (semoga).
Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang sering khilaf, yang masih belum tersadar, yang masih belum total dalam menjalankan ibadah kepada-Mu ini. Ampuni kami, Ya Allah dan tunjukilah kami jalan yang Engkau ridhoi.
Teruntuk kawan kami, kami mohon berikan tempat terbaik baginya di sisi-Mu.

Selamat jalan Aldani Zaafaron. Selamat jalan kawan, doa kami menyertaimu. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Amiiiin....Rest in Peace, Acong...

Pages

Paling sering dibaca