Kadang,kita perlu memposisikan diri sebagai 'yes man'. Seorang yang terbuka terhadap setiap peluang dan kesempatan berkembang. Dengan demikian, kita tertantang untuk maju dan mencoba segala kemungkinan,mengecap hal-hal yang baru,bertemu orang-orang yang baru,dan menembus zona nyaman kita.
Walaupun begitu,menjadi yes man tetap harus dipertimbangkan dan ditakar sesuai kemampuan. Karena seperti hal yang lain,being a yes man can be positive or negative. Refleksi akan ketersediaan sumber daya masing-masing: waktu,pikiran,kemampuan tetap menjadi yang utama. Jika tidak demikian, yes man justru bisa menjelma menjadi impulsivitas. Yang diajak kemana-ngapain ayo,tanpa pertimbangan yang matang akan ketersediaan sumber daya,kesanggupan,dan mungkin hanya mempertimbangkan kesenangan. Yang akhirnya berlabuh menjadi kebiasaan yang tidak dapat mengatakan tidak pada setiap ajakan.
Kedua sisi itu mungkin kita alami,saya pun begitu. Keduanya mungkin ada dalam diri kita,keseharian kita. Meniadakan merupakan perkara yang sangat sulit,jadi bagi saya kini utamanya adalah memaksimalkan yang satu sementara meminimalkan yang lain.
Indeed,to be a yes man is challenging. To say 'yes' for every opportunity that come to you. And for that,what I needed the most is the courage to do so.
Postingan ini juga bisa dilihat di: cheezlalala.tumblr.com
Roar
2 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar