every pieces has it own story

Jumat, 03 Agustus 2012

Kami,kalian,ataukah bisa kita?

Saya sadar, kerja tim bukanlah suatu hal yang mudah. Faktanya saja, tidak semua orang dapat sukses dengan tipe pekerjaan yang membutuhkan kerjasama orang perorang dalam kelompok ini. Bukanlah hal yang mudah untuk menciptakan dinamika yang baik dalam suatu kelompok, karena karakteristik orang yang berbeda dapat menciptakan suatu pola komunikasi yang berbeda-beda pula dengan adanya komposisi orang yang berbeda. Digantikannya posisi satu orang dengan orang yang lain mungkin saja membawa dampak yang nyata dalam dinamika kelompok.
Belum lagi dengan orang yang tidak hanya berjumlah dua atau tiga dalam satu kelompok. Bayangkan jika masing2 memiliki sifat,preferensi,ego,goal masing2. Belum lagi kemungkinan dimana respon yang ditampilkan dapat berbeda dalam situasi yang berbeda atau dengan kata lain tidak ada rumus yang pasti untuk tingkah laku yang bakal dimunculkan ini. Kemungkinan yang muncul banyak dan dapat terus berubah selama prosesnya berlangsung. Inilah salah satunya yang membuat pekerjaan menyeleksi cukup menantang - jika tidak ingin dikatakan sebagai sulit dilakukan...
Kebayang ga sih,untuk perkara intern kelompok saja tergolong rumit apalagi jika menyangkut antarkelompok. Sebagai contoh,tujuan kelompok 1 dengan yang lain dapat saja berbeda,dengan pola pemikiran yang berbeda,dan mungkin pula keberadaan ego masing-masing. Entah atas dasar yang mana atau apa. Kalau sudah begitu pasti perlu adanya penyamaan visi,saling sharing pandangan masing-masing,dan usulan dari kedua sisi. Bila perlu mungkin dengan demikian akan muncul jalan tengah untuk keduanya. Tapi itu tentu dapat tercapai dengan timbal balik dari kedua belah pihak. Dan saat satu pihak hendak merangsek maju sedang yang lain stagnan,apakah mungkin satu saja dari pilihan-pilihan itu muncul ke permukaan?
Bukan saatnya mempermasalahkan siapa yang lebih dan tidak mau mendengarkan saran dengan alasan kebiasaan atau perbedaan perlakuan. Kebiasaan itu dibuat, bukan terberi secara mutlak. Dan jika sadar kebiasaan itu tidak efektif kenapa tidak lantas mencoba metode lain yang lebih menjanjikan meski lebih ribet? Sekali lagi ini masalah kelapangan hati,pikiran,dan keterbukaan peluang akan perubahan. Pertanyaannya, maukah?

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Paling sering dibaca