Tengah malam begini, saya jadi merenung. Wondering why, belakangan ini saya bukan lagi disibukkan dengan begadang malahan hampir selalu ketiduran cepat. Kalaupun bangun tengah malam atau pagi butanya, itu dengan kondisi kaget karena (ternyata) sudah sempat tertidur cukup lama, walau saya akui tidak terlalu nyenyak dan menikmati karena tidak terencana. Why oh why?
Saya masih punya seabrek tugas, to do list yang teriak minta segera dicoret dan diganti dengan tanda DONE! Walhasil? Bangun tidur di tengah malam atau pagi buta itu segera beralih dari kaget menjadi desperate. Tugas saya masih banyak, tapi saya malah merasa lemas dan mendadak menjadi the man who can't be moved *jika meminjam istilah wanda* (from the bedroom), untuk segera menyentuh kewajiban-kewajiban saya.
Jangankan untuk bangun, untuk membuka mata saja rasanya susah setengah mati. yang ada saya kemudian pasrah dan kembali memejamkan mata. Sukses tertidur kembali dalam hitungan sepersekian menit.
Kalo dipikir-pikir lagi, kayaknya saya lagi mengkompensasi kondisi saya yang sedang not good dengan tidur yang banyak, lama, dan panjang. Salah satu tanda stress atau pengalihan diri dari masalah kah? Saya juga tidak tahu pasti jawabannya. Yang jelas, belakangan saya sering merasa mudah lelah, tak bersemangat, mood turun mendadak, hingga menyebabkan emosi yang tidak terkendali. Mulai dari sensi sendiri hingga mendadak sedih dan ingin menangis.
Saya jadi teringat kata-kata Ashma pada saya, yang dengan polosnya mencetuskan (yang belakangan mulai saya pikirkan, jangan-jangan benar adanya). "Jangan-jangan kak Sis depresi, kak.Coba konsul ke klinik deh kalo nggak" Dan perkataan itu sukses menohok saya, membuat saya mendadak berpikir. Apa iya? Wah, jangan-jangan iyaaaaa :(
Hingga kemudian saya ceritakan ini sama si Ay dan kembali seperti biasanya dia menanggapinya dengan santai. Kurang lebih begini, "Jangan terlalu dipikirin yang begitu. Nanti malah kamunya internalisasi diri lagi".
Saya tahu, maksud si Ay baik. Dia pasti berusaha nenangin saya biar saya nggak kepikiran macem-macem. Yah, karena jujur saya ini orangnya gampang banget kepengaruh kata-kata orang lain. Tapi saya mikir lagi, mungkin aja sih. Apalagi beban tugas lagi gencar belum lagi musibah nggak terduga yang sukses meluluhlantakkan pertahanan saya semester ini. Saya ngerasa gamang, terombang-ambing. Bingung. Harus ngapain saya?
Apa saya lagi ditegur? Kalo iya, saya harus ngapain lagi dong? Duh, beneran deh saya lagi nggak ngerti sama diri saya jadinya.
Tapi, belakangan si Ay bilang lagi. Katanya, kebanyakan anak psiko kemungkinan mengalami si depresi itu tadi. Paling tidak tingkat ringannya. Yah...saya sih cukup percaya dan sependapat.
00:46, tumben betul saya masih bisa terjaga jam segini. Walau, tetap saja dengan kepala separuh pening. Kasur saya menunggu buat dikasih seprai, kamar saya masih messing around.
Dan tiba-tiba saya terpikir, Heaven...apa kabar ya kau di sana? Di mana dan dengan siapa kamu sekarang? I'm missing you so bad :(
*depok, di tengah malam saat tidak tahu kenapa masih bisa terjaga dan justru belum atau malah nggak ngapa-ngapain
Jangankan untuk bangun, untuk membuka mata saja rasanya susah setengah mati. yang ada saya kemudian pasrah dan kembali memejamkan mata. Sukses tertidur kembali dalam hitungan sepersekian menit.
Kalo dipikir-pikir lagi, kayaknya saya lagi mengkompensasi kondisi saya yang sedang not good dengan tidur yang banyak, lama, dan panjang. Salah satu tanda stress atau pengalihan diri dari masalah kah? Saya juga tidak tahu pasti jawabannya. Yang jelas, belakangan saya sering merasa mudah lelah, tak bersemangat, mood turun mendadak, hingga menyebabkan emosi yang tidak terkendali. Mulai dari sensi sendiri hingga mendadak sedih dan ingin menangis.
Saya jadi teringat kata-kata Ashma pada saya, yang dengan polosnya mencetuskan (yang belakangan mulai saya pikirkan, jangan-jangan benar adanya). "Jangan-jangan kak Sis depresi, kak.Coba konsul ke klinik deh kalo nggak" Dan perkataan itu sukses menohok saya, membuat saya mendadak berpikir. Apa iya? Wah, jangan-jangan iyaaaaa :(
Hingga kemudian saya ceritakan ini sama si Ay dan kembali seperti biasanya dia menanggapinya dengan santai. Kurang lebih begini, "Jangan terlalu dipikirin yang begitu. Nanti malah kamunya internalisasi diri lagi".
Saya tahu, maksud si Ay baik. Dia pasti berusaha nenangin saya biar saya nggak kepikiran macem-macem. Yah, karena jujur saya ini orangnya gampang banget kepengaruh kata-kata orang lain. Tapi saya mikir lagi, mungkin aja sih. Apalagi beban tugas lagi gencar belum lagi musibah nggak terduga yang sukses meluluhlantakkan pertahanan saya semester ini. Saya ngerasa gamang, terombang-ambing. Bingung. Harus ngapain saya?
Apa saya lagi ditegur? Kalo iya, saya harus ngapain lagi dong? Duh, beneran deh saya lagi nggak ngerti sama diri saya jadinya.
Tapi, belakangan si Ay bilang lagi. Katanya, kebanyakan anak psiko kemungkinan mengalami si depresi itu tadi. Paling tidak tingkat ringannya. Yah...saya sih cukup percaya dan sependapat.
00:46, tumben betul saya masih bisa terjaga jam segini. Walau, tetap saja dengan kepala separuh pening. Kasur saya menunggu buat dikasih seprai, kamar saya masih messing around.
Dan tiba-tiba saya terpikir, Heaven...apa kabar ya kau di sana? Di mana dan dengan siapa kamu sekarang? I'm missing you so bad :(
*depok, di tengah malam saat tidak tahu kenapa masih bisa terjaga dan justru belum atau malah nggak ngapa-ngapain
0 komentar:
Posting Komentar